Selasa, 01 Januari 2013

Lansia Hipertensi



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.          Konsep Dasar Keluarga

1.            Pengertian Keluarga
Menurut Departemen kesehatan RI (dalam Nasrul Effendi, 1998 : 32) :
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Sedangkan menurut Freeman (dalam Bailon dan Maglaya, 1978 :    4) :Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat”.
Menurut Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya. (dalam Nasrul Effendy, 1998 : 32) mengatakan bahwa :
“Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya  masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan”.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a.             Unit terkecil dari masyarakat;
b.            Terdiri dari dua orang atau lebih;
c.             Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d.            Hidup dalam satu rumah tangga;
e.             Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga;
f.             Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga;
g.            Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, dan
h.            Menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayan.
2.            Struktur dan ciri-ciri keluarga
Menurut Nasrul Effendy (1998 : 32) struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a.             Patrilineal; keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah;
b.            Matrilineal; keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu;
c.             Matrilokal; sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri;
d.            Patrilokal; sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami;
e.             Keluarga kawinan; keluarga suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Menurut Anderson Carter (dalam Nasrul Effendy, 1998 : 33) dijelaskan bahwa ciri-ciri struktur keluarga adalah :
a.             Terorganisasi; saling berhubungan saling ketergantungan antara anggota keluarga;
b.            Ada keterbatasan; setiap anggota memilih kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing;
c.             Ada perbedaan dan kekhususan; setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
3.            Tipe atau Bentuk Keluarga
Tipe atau bentuk keluarga menurut Nasrul effendy (1998 : 33) sebagai berikut :
a.             Keluarga Inti (Nuklear Family); adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak;
b.            Keluarga Besar (Extended Family); adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya, nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya;
c.             Keluarga Berantai (Serial Family); adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti;
d.            Keluarga Berkomposisi (Composite Family); adalah keluarga yang perkawinanya secara berpoligami dan hidup secara bersama-sama;
e.             Keluarga duda atau janda (Single Parent); adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian;
f.              Keluarga Kahabitas (Cahabitation Family); adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.
4.            Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a.             Fungsi Biologis :
1)            Untuk meneruskan keturunan;
2)            Memelihara dan membesarkan anak;
3)            Memenuhi kebutuhan gizi keluarga;
4)            Memelihara dan merawat anggota keluarga.
b.            Fungsi Psikologis
1)            Memberikan kasih sayang dan rasa aman;
2)            Memberikan perhatian diantara anggota keluarga;
3)            Membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga;
4)            Memberikan identitas keluarga.
c.             Fungsi Sosialisasi
1)            Membina sosialisasi pada anak;
2)            Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak;
3)            Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d.            Fungsi Ekonomi
1)            Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga;
2)            Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga;
3)            Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan sebagainya.
e.             Fungsi Pendidikan
1)            Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya;
2)            Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa;
3)            Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
5.            Keluarga Risiko Tinggi
Menurut Nasrul Effendy (1998 ; 41) yang menjadi prioritas utama dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi :
a.             Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut;
1)            Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah;
2)            Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri;
3)            Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan.
b.            Keluarga dengan ibu dengan risiko kebidanan waktu hamil;
1)            Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun);
2)            Menderita kekurangan gizi atau enemia;
3)            Menderita hipertensi;
4)            Primapara atau multipara;
5)            Riwayat persalinan dengan komplikasi;
c.             Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena;
1)            Lahir prematur;
2)            Berat badan sukar naik;
3)            Lahir dengan cacat bawaan;
4)            ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi;
5)            Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
d.            Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga;
1)            Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan;
2)            Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan ketegangan;
3)            Ada anggota keluarga yang sering sakit;
4)            Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai, atau lari meninggalkan keluarga.

Halusinasi


BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

Sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan yaitu tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi seluruh penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, untuk mencapai pembangunan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang sehat, baik jasmani maupun rohani.
Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 Bab I Pasal 1 Ayat 1 bahwa : “Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup secara produktif sosial ekonomi”.
Upaya kesehatan jiwa didasarkan pada landasan hukum sebagaimana tercantum jelas dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 Pasal 24 Ayat 1 yang menjelaskan bahwa : “Upaya peningkatan kesehatan jiwa dilakukan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal, baik intelektual maupun emosional”.
Kondisi jiwa yang sehat secara optimal, maka terlebih dahulu kita harus mengenal arti dari kesehatan jiwa. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan hubungannya dengan manusia lain.
Schizofrenia residual adalah keadaan schizofrenia dengan gejala-gejala primernya (gangguan proses pikir, gangguan emosi, gangguan kemauan) tetapi tidak jelas, adanya gejala-gejala sekunder (waham, halusinasi, gejala katatonik atau gejala psikomotorik yang lain (W.F. Maramis, 1998 : 288)

Schizofrenia residual merupakan schizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpuk, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,  suara dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk sehingga ini sangat berpengaruh pada interaksi klien dalam kegiatan sosial. Schizofrenia residual dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori pendengaran, perubahan proses pikir, kerusakan komunikasi verbal, isolasi sosial dan bahkan akan lebih berkembang dengan berkurangnya rasa percaya diri dan keinginan untuk menghindari orang, jika keadaan seperti ini dibiarkan maka akan mengakibatkan gangguan yang lebih parah seperti mencederai diri sendiri, lingkungan dan orang lain. Oleh karena itu sangat diperlukan pengobatan dan perawatan yang komprehensif untuk mencegah keadaan yang lebih buru. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosial dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Data statistik jumlah penderita gangguan jiwa yang dirawat di ruang rawat inap yang diperoleh dari bagian pencatatan dan pelaporan Rumah Sakit Jiwa Pusat Cimahi Jawa Barat tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Tabel I
Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Berdasarkan Diagnosa Penyakit

Yang Dirawat Di Ruang Inap Rumah Sakit Jiwa Cimahi

Jawa Barat Bulan Januari –  Mei 2007
No
Kode
Diagnosa
Jumlah
%
1.
F.20.0
Schizofrenia  paranoid
160
40,10%
2.
F.20.5
Schizofrenia  residual
94
23,56%
3.
F.20.9
Gangguan psikosa akut dan sementara
56
14,04%
4.
F.20.8
Schizofrenia YTT
20
5,01%
5.
F.20.1
Schizofrenia  hebeprenik
20
5,01%
6.
F.20.2
Schizofrenia  katatonik
13
3,26%
7.
F.31
Gangguan episode depresi
13
3,26%
8.
F.22-F.24
Gangguan schizoaffektif
5
1,25%
9.
F.25
Gangguan Psikotik organik lainnya
4
1,00%
10
F.24
Gangguan afektif bipolar
4
1,00%
11
F.29
Retardasi mental
3
0,75%
12
F.50-F.69
Psikosa tak khas
2
0,50%
13
F.28
Schizofrenia tak terinci
2
0,50%
14
F.20.7
Schizofrenia form (lainnya)
1
0,50%
15
F.03-09
Gangguan mental lain akibat disfungsi otak dan penyakit fisik
1
0,25%
16
F.10-F.19
Gangguan mental dan prilaku akibat zat psikoaktif
1
0,25%
17
F.20.4
Depresi pasca schizofrenia
0
-
18
F.29
Schizofrenia simpleks
0
-
19
F.23
Gangguan waham induksi
0
-
Total
399
100%
Sumber : Medical Record RS Jiwa Pusat Cimahi, Tahun 2007
Jika melihat dari jumlah penderita kasus di atas, bahwa angka kesakitan Schizoafrenia Residual merupakan angka tertinggi kedua setelah schizofrenia paranoid yaitu sebesar 23,56%. Dimana pada penderita ini, timbul ciri yang khas yaitu adanya asosiasi yang longgar serta pernah mengalami pengobatan dan terjadi kekambuhan.
Mengingat pentingnya perawatan pada klien dengan perubahan sensori persepsi halusinasi dengar dalam mempercepat proses penyembuhan serta diharapkan dapat mencegah kemungkinan timbulnya kekambuhan pada klien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi dengar. Bila dibiarkan kronik dan tidak ditangani dengan segera, maka akan mengakibatkan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Penulis merasa tertarik dengan mengambil kasus tersebut karena harus mendapat perhatian dalam penatalaksanaan keperawatan yang sebaik-baiknya, meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual, sehingga hal ini menuntut perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan menggunakan proses keperawatan dan disesuaikan dengan kebutuhan klien serta melaporkannya dalam bentuk karya tulis yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Tn. B Dengan Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar Akibat Schizofrenia Residual Di Ruang Perkutut Rumah Sakit Jiwa Pusat Cisarua Cimahi Jawa Barat”.

B.           Tujuan

1.            Tujuan Umum
a.             Memperoleh gambaran nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Perubahan sensori persepsi : Halusinasi dengar akibat schizofrenia residual.
b.            Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif, meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual pada klien dengan pendekatan proses keperawatan.
2.            Tujuan Khusus
a.             Mampu melakukan pengkajian pada klien Tn. B dengan Perubahan Sensori persepsi : Halusinasi Dengar.
b.            Mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien Tn. B dengan Perubahan Sensori persepsi : Halusinasi Dengar.
c.             Mampu membuat perencanaan tindakan pada klien Tn. B dengan Perubahan Sensori persepsi : Halusinasi Dengar.
d.            Mampu melakukan implementasi dari rencana tindakan yang telah dilakukan pada klien Tn. B dengan Perubahan Sensori persepsi : Halusinasi Dengar.
e.             Mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan hasil dari tindakan keperawatan dan mampu menyusun laporan hasil asuhan keperawatan melalui pendokumentasian dalam bentuk karya tulis.

C.          Metode Telaahan

Dalam mengumpulkan data untuk melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.            Anamnesa / wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab untuk mendapatkan keterangan secara langsung pada klien maupun perawat.
2.            Observasi
Yaitu dengan mengamati secara langsung kepada klien sehingga dapat melengkapi data yang telah diperoleh.
3.            Studi Dokumenter
Menggunakan sumber yang mencatat tentang hubungannya dengan klien baik dari status ataupun catatan perawat.
4.            Studi Kepustakaan
Menggunakan berbagai sumber pustaka yang mempunyai relevansi dengan kondisi klien.
5.            Partisipasi Aktif
Penulis melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dalam praktek keperawatan.

D.          Sistematika Penulisan  

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membagi dalam 4 (empat) Bab, yaitu : Bab I Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan baik secara umum maupun secara khusus, metode telaahan dan sistematika penulisan; Bab II Tinjauan teoritis berisikan konsep dasar meliputi pengertian perubahan sensori persepsi : halusinasi dengar, klasifikasi schizofrenia, gejala maupun jenisnya, psikodinamika dan dampaknya terhadap kebutuhan dasar manusia serta asuhan keperawatan pada kasus perubahan sensori persepsi : halusinasi dengar. Bab III Tinjauan Kasus dan Pembahasan yang merupakan laporan dari pelaksanaan, evaluasi, catatan perkembangan serta pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Rekomendasi yang berisikan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan informasi rekomendasi yang operasional.

Waham Curiga


BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemajuan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
“Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Selanjutnya dalam pasal 5 dinyatakan bahwa : setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan”. (Undang-Undang Kesehatan ri No. 23, Pasal 4 dan 5 Tahun 1992).

Namun pada kenyataannya untuk mencapai suatu kondisi tersebut di atas ternyata sangat sulit disebabkan karena manusia merupakan mahluk holistic yang terdiri dari aspek bio – psiko – sosial dan spiritual, dimana aspek tersebut terintegrasi dalam satu kesatuan yang utuh, sehingga apabila salah satu aspek terganggu akan mempengaruhi aspek yang yang lainnya. Seperti dengan adanya perubahan-perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi, modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi nilai moral, etika dan gaya hidup. Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut. Yang pada gilirannya yang bersangkutan dapat jatuh sakit atau mengalami gangguan penyesuaian diri akibat berbagai macam stressor.
Reaksi seseorang terhadap berbagai stress yang dialaminya berbeda satu dengan yang lainnya. Tergantung mekanisme koping individu untuk menyelesaikan stress, apabila koping yang digunakan maladatif maka akan menyebabkan berbagai macam gangguan yang salah satunya adalah gangguan jiwa.
“Schizofrenia merupakan gangguan dasar pada kepribadian. Kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sering dikendalikan oleh kekuatan  dari  luar  dirinya, dan  disebut  dengan  gangguan    psikotik” (Arif Mansjoer, 1999 : 196).   

Perubahan isi pikir ; waham curiga merupakan salah satu gangguan psikiatri, dimana pada kasus ini klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Menurut data yang diperoleh dari catatan medik di Rumah Sakit Jiwa Pusat (RSJP) Cimahi klien yang dirawat diruang rawat inap didapatkan data sebagai berikut :
Tabel I
Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Berdasarkan Diagnosa
Penyakit Yang Dirawat Di Ruang Inap Rumah Sakit Jiwa Cimahi Jawa Barat
Bulan Januari –  Maret 2007
No
Kode
Diagnosa
Jumlah
%
1.
F20.0
Schizofrenia  paranoid
88
40%
2.
F20.5
Schizofrenia  residual
57
25,90%
3.
F23
Gangguan psikosa akut sementara
27
12,27%
4.
F20.9
Schizofrenia YTT
14
6,36%
5.
F32
Gangguan episode depresi
9
4,09%
6.
F20.1
Schizofrenia  hebeprenik
9
4,09%
7.
F20.2
Schizofrenia  katatonik
7
3,18%
8.
F25
Gangguan schizoaffektif
5
2,27%
9.
F28
Psikosa tak khas
2
0,92%
10
F20. F73
Retardasi mental
2
0,92%
Total
220
100%

Sesuai data diatas ternyata bahwa Schizofrenia pararoid menempati urutan pertama dengan jumlah 88 orang atau sekitar 40% dari 220 klien dirawat di ruang rawat inap selama bulan Januari – Maret 2007 di Rumah Sakit Jiwa Cimahi Jawa Barat.
Schizofrenia  paranoid adalah jenis Schizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi dengan waham yang relatif stabil. Biasanya pararoid disertai dengan halusinasi pendengaran dan gangguan persepsi (C. Townsend, terjemahan Novi Helena, 1998 : 144).
Gangguan Schizofrenia apabila tidak ditanggulangi dan tidak didapatkan perawatan yang tepat maka berdampak luas terhadap kebutuhan dasar manusia.
Memperhatikan fenomena di atas penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus tersebut karena harus dapat perhatian dalam penatalaksanaan keperawatan yang sebaik-baiknya, meliputi aspek bio-psiko-sosio dan spiritual, sehingga hal ini menuntut perawat untuk memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan menggunakan proses keperawatan dan disesuaikan dengan kebutuhan klien serta melaporkannya dalam bentuk karya tulis yang berjudul  Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Perubahan Isi Pikir ; waham curiga Akibat Schizofrenia Paranoid Di Ruang Cendrawasih Rumah Sakit Jiwa Pusat Cimahi  Jawa Barat”.

B.           Tujuan Penulisan

1.            Tujuan Umum
Memperoleh gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual dengan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan perubahan isi pikir ; waham curiga akibat schizofrenia paranoid.
2.            Tujuan Khusus
a.             Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan isi pikir ; waham curiga.
b.            Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai hasil pengkajian.
c.             Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada klien dengan perubahan isi pikir ; waham curiga.
d.            Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan perubahan isi pikir ; waham curiga.
e.             Mampu melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan perubahan isi pikir ; waham curiga.

C.          Metode Telaahan

 Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mempergunakan metode deskriptif yang berbentuk studi kasus yaitu suatu metode yang bertujuan pada pemecahan masalah yang terjadi pada saat sekarang untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa, bagaimana dan sejauhmana yang  bersifat menjelaskan dan menerangkan perisitiwa.
Sedangkan untuk pengumpulan data yang penulis pergunakan pada karya tulis ini adalah proses keperawatan yang dipergunakan dalam informasi data adalah sebagai berikut :
1.            Wawancara
yaitu pengumpulan data melalui komunikasi langsung pada klien, keluarga, perawat, dan petugas kesehatan lainnya.
2.            Observasi
yaitu pengumpulan data dengan melihat langsung kepada klien yang dikaji di ruangan untuk mendapatkan data, melengkapi data yang diperoleh dan memahami secara jelas perkembangan yang berhubungan dengan gejala-gejala perubahan isi pikir ; waham curiga.
3.            Studi dokumentasi
Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mempelajari dan mengumulkan data yang ada pada dokumen perawatan atau status klien, baik catatan perawat, dokter maupun petugas kesehatan lainnya.

4.            Studi Kepustakaan
Yaitu menggunakan berbagai sumber pustaka yang mempunyai relevansi dengan kondisi klien.
5.            Partisipasi Aktif
Yaitu penulis melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dalam praktek keperawatan.

D.          Sistematika Penulisan  

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membagi dalam 4 (empat) bab, yaitu sebagai berikut; Bab I pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan baik secara umum maupun secara khusus, metode telaahan dan sistematika penulisan; Bab II tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar yang berisikan pengertian tanda dan gejala serta psikodinamika dan dampaknya terhadap kebutuhan dasar manusia serta pendekatan keperawatan dalam mengatasi gangguan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi; Bab III tinjauan kasus dan pembahasan yang menerangkan laporan dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi dan pembahasannya; Bab IV kesimpulan dan rekomendasi yang berisikan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan rekomendasi yang operasional.