Sabtu, 12 Januari 2013

Tanda-tanda Bahaya Ibu hamil

Tanda-tanda Bahaya Ibu hamil

ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

KPSW

KPSW

Inovasi Penggunaan Partograf

Inovasi Penggunaan Partograf

Inovasi Donor Darah

Inovasi Donor Darah

Faktor yang Mempengaruhi Menarche

Faktor yang Mempengaruhi Menarche

faktor Yg Mempengaruhi Ibu dlm menggunakan Met Kontras Pil

faktor Yg Mempengaruhi Ibu dlm menggunakan Met Kontras Pil

Selasa, 01 Januari 2013

PENGETAHUAN SISWA MENGENAI PERILAKU SEKS BEBAS

PENGETAHUAN SISWA MENGENAI PERILAKU SEKS BEBAS

Gambaran Karakteristik Akspetor KB IUD Pada Pasangan Usia Subur Di Poli Kebidanan

 

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1        Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) , dengan sample penelitian pada ibu yang ada di Poli Kebidanan. Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan 38 responden, yang menggunakan kontrasepsi IUD terdapat 31 responden. Adapun hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel Distribusi Frekuensi sebagai berikut :

5.1.1        Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu
Di Poli Kebidanan RSUD
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
Menurut Usia
Frekuensi
Persen (%)
1.
< 20 tahun
-
-
2.
20 – 35 tahun
12
38,7
3.
> 35 tahun
19
61,3
Jumlah
31
100
Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden (61,3%) berusia > 35 tahun, berusia 20-35 tahun (38,7%).
Sebagian besar responden berusia > 35 tahun (61,3%), yang menggunakan alat kontrasepsi IUD dimana usia ini merupakan kategori resiko tinggi jika terjadi kehamilan. Pada usia < 20 tahun merupakan usia yang reproduktif, tetapi untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD pada usia tersebut tidak dianjurkan, usia 20 – 35 tahun merupakan usia reproduktif sehat.
Dalam Keluarga Berencana usia responden berhubungan dengan pola penggunaan kontrasepsi yang rasional, sehingga akan berpengaruh terhadap sikap ibu dalam mempertimbangkan untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD. Sesuai dengan usia reproduktif dimana seseorang dapat menentukan pilihan untuk menggunakan kontrasepsi yang terbaik pada usia tersebut.

5.1.2        Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Di Poli Kebidanan RSUD
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
Menurut Pendidikan
Frekuensi
Persen (%)
1.
SD
15
48,4
2.
SMP
9
29,0
3.
SMA
5
16,1
4.
Perguruan Tinggi
2
6,5
Jumlah
31
100
Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden (48,4%) memiliki tingkat pendidikan SD, tamat SMP (29,0%), tamat SMA (16,1%) dan tamat Perguruan Tinggi (6,5%).
Pendidikan responden sebagian besar lulusan SD (48,.4%), hal ini menunjukan latar belakang pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi perilaku. Hal ini diungkapkan oleh Soekidjo Notoatmojo (1993), yaitu bahwa pendidikan adalah meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan sikap positif serta memberikan keterampilan masyarakat tentang aspek yang bersangkutan. Didalam pelaksanaannya mengenai pengetahuan dan sikap ibu tentang metode kontrasepsi banyak faktor yang mempengaruhinya. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi.
Karena perilaku yang didasari dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langsung (long lasting). Sebaliknya perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Sebagai contoh : pada ibu peserta KB yang diperintahkan oleh petugas kesehatan tanpa ibu-ibu tersebut tidak mengetahui makna dan tujuan KB, mereka akan segera keluar dari peserta KB setelah beberapa saat penyuluhan KB tersebut diterima.

5.1.3        Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
Menurut Pekerjaan
Frekuensi
Persen (%)
1.
Tidak bekerja
15
48,4
2.
Tani
7
22,6
3.
Buruh
3
9,7
4.
Swasta
4
12,9

PNS
2
6,4
Jumlah
31
100
Menurut data diatas, penelitian didapatkan sebagian besar responden (48,4%) tidak bekerja dan selanjutnya kerja sebagai tani (22,6%), sebagai buruh (9,7%), swasta (12,9%) serta  sebagai PNS (6,4%).
Sebagian besar responden bekerja (51,6%) wanita bekerja cenderung kesuburannya akan terkendali, bekerja dapat mengurangi keinginan wanita membina keluarga besar karena beban seorang ibu yang juga bekerja sangat berat. Pekerjaan yang mengharuskan wanita meninggalkan rumah mengurangi keinginan wanita mempunyai anak. Anak yang banyak jelas akan menyulitkan ibu yang bekerja sehingga ibu ingin, untuk mengunakan alat kontrasepsi IUD dengan tujuan dapat menjarangkan kehamilan dalam jangka waktu lama 3 – 4 tahun.

5.1.4        Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
Paritas Responden
Frekuensi
Persen (%)
1.
0 – 1 orang
5
16,1
2.
2 – 3 orang
23
74,2
3.
> 3 orang
3
9,7
Jumlah
31
100
Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden (74,2%) mempunyai anak 2 – 3 orang, paritas 0 – 1 orang (16,1%), dan paritas > 3 orang sebanyak (9,7%).
Sebagian besar responden mempunyai jumlah anak 2-3 orang (74,2%) dalam hal ini sesuai dengan pola penggunaan kontrasepsi yang rasional pada masa mengatur kehamilan jangka panjang, karena paritas > 3 merupakan ancaman bagi kesehatan reproduktif dan kesejahteraan ekonomi.

5.1.5        Tingkat Pengetahuan (Pengertian kontrasepsi IUD)

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan
Ibu PUS Dalam Menggunakan Kontrasepsi IUD 
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
Tingkat Pengetahuan
Frekuensi
Persen (%)
1.
Tinggi
6
19,4
2.
Sedang
7
22,6
3.
Rendah
18
58
Jumlah
31
100
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak (19,4%) mempunyai pengetahuan tinggi, (22,6%) mempunyai pengetahuan sedang dan (58%) mempunyai pengetahuan rendah.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD sebagian besar mempunyai pengetahuan rendah (58%).
Bila merujuk Pudjiwiatna (1986:12) pengetahuan atau tahu adalah raksi dari manusia dengan rangsangan dari alam sekitarnya melalui pengetahuan dari objek sehingga memungkinkan adanya pengetahuan yang baik dalam bidang tersebut. Begitupun dengan metode kontrasepsi IUD semakin banyak informasi yang diterima oleh ibu-ibu dan manfaatnya maka semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang metode alat kontrasepsi IUD.

5.1.6        Jarak, Lokasi dan Tempat Pelayanan Kesehatan

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jarak Rumah
Dengan Tempat Pelayanan
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
Jarak Rumah
Frekuensi
Persen (%)
1.
< 3 km (dekat)
22
71
2.
 > 3 km (jauh)
9
29
Jumlah
31
100
Dari data diatas dari hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden (29%) bahwa jarak antara rumah dengan tempat pelayanan >3 km, yang menyatakan jarak >3 km (71%).
Dari hasil penelitian sebagian besar responden terdapat (71%) jarak antara rumah dengan tempat pelayanan tersebut dekat. Biasanya jarak tempuh antara rumah dengan tempat pelayanan IUD sangat mempengaruhi respon ibu untuk mendatangi tempat pelayanan, apabila jarak tempuhnya jauh tidak menutup kemungkinan sikap ibu enggan untuk dipasang IUD.

5.1.7        Petugas Kesehatan

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Orang Yang Dianggap
Dapat Memberikan Pelayanan IUD
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
Petugas Kesehatan
Frekuensi
Persen %
1.
Bidan
19
61,3
2.
Dokter Umum
5
16,1
3.
Dokter Spesialis Kandungan
7
22,6
Jumlah
31
100
Dari hasil penelitian pernyataan sebagian besar responden (61,3%) bahwa orang yang dapat memberikan pelayanan kontrasepsi IUD oleh Bidan, (22,6%) mengatakan responden oleh dokter spesialis kandungan dan (16,1%) oleh dokter umum.
Dari hasil penelitian sebagain besar responden (61,3%) bahwa yang dapat memberikan pelayanan kontrasepsi IUD adalah bidan dan (100%) responden menyatakan petugas kesehatan tersebut saat melayani akseptor IUD baik sekali, dimana petugas kesehatan memberikan jadwal untuk kontrol penggunaan IUD, memberitahu mengenai penggunaan IUD rata-rata (100%).
Dari faktor tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kelangsungan serta motivasi ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD. Karena informasi yang didapat dari petugas kesehatan akan menambah wawsan ibu dan kesadaran sehingga ibu tetap menjadi akseptor.

5.1.8        Sikap Petugas Kesehatan

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Sikap Petugas Kesehatan
Dalam Memberikan Pelayanan Alat Kontrasepsi IUD
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
Sikap petugas Kesehatan Dalam memberikan Pelayanan Alat Kontrasepsi
Frekuensi
Persen %
1.
Pelayanan petugas
a.       Baik
b.      Tidak baik

31
-

100
-
2.
Pemberian Jadwal IUD
a.       Memberikan
b.      Tidak memberikan

31
-

100
-
3.
Pemberitahuan tentang efek samping IUD
a.       Memberikan
b.      Tidak memberikan


31
-


100
-
4.
Penanganan efek samping IUD
a.       Memberikan
b.      Tidak memberikan

31
-

100
-
Jumlah
31
100
Dari hasil penelitian, pernyataan seluruh responden (100%) bahwa petugas memberikan pelayanan kontrasepsi IUD, serta petugas kesehatan dalam pemberian jadwal IUD, pemberitahuan tentang  efek samping IUD dan penanganan efek samping IUD menurut responden baik.
Dari hasil penelitian seluruh responden mengatakan bahwa sikap petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi IUD baik (100%) karena dengan sikap yang baik akan memotivasi ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD, sehingga akan lebih banyak yang akan menjadi akseptor IUD.