Senin, 08 April 2013
Sabtu, 12 Januari 2013
Tanda-tanda Bahaya Ibu hamil
Tanda-tanda Bahaya Ibu hamil
Label:
Tanda-tanda Bahaya Ibu hamil
Lokasi:
Indonesia
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif
Inovasi Penggunaan Partograf
Inovasi Penggunaan Partograf
Label:
Inovasi Penggunaan Partograf
Lokasi:
Indonesia
Inovasi Donor Darah
Inovasi Donor Darah
faktor Yg Mempengaruhi Ibu dlm menggunakan Met Kontras Pil
faktor Yg Mempengaruhi Ibu dlm menggunakan Met Kontras Pil
Selasa, 01 Januari 2013
Gambaran Karakteristik Akspetor KB IUD Pada Pasangan Usia Subur Di Poli Kebidanan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) , dengan sample penelitian pada ibu yang ada di Poli Kebidanan. Dalam
penelitian ini peneliti mendapatkan 38 responden, yang menggunakan kontrasepsi
IUD terdapat 31 responden. Adapun hasil penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
Distribusi Frekuensi sebagai berikut :
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ibu
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Ibu
Di Poli Kebidanan RSUD
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
|
Menurut Usia
|
Frekuensi
|
Persen (%)
|
1.
|
< 20 tahun
|
-
|
-
|
2.
|
20 – 35 tahun
|
12
|
38,7
|
3.
|
> 35 tahun
|
19
|
61,3
|
Jumlah
|
31
|
100
|
Dari hasil penelitian
didapatkan sebagian besar responden (61,3%) berusia > 35 tahun, berusia
20-35 tahun (38,7%).
Sebagian besar
responden berusia > 35 tahun (61,3%), yang menggunakan alat kontrasepsi IUD
dimana usia ini merupakan kategori resiko tinggi jika terjadi kehamilan. Pada
usia < 20 tahun merupakan usia yang reproduktif, tetapi untuk menggunakan
alat kontrasepsi IUD pada usia tersebut tidak dianjurkan, usia 20 – 35 tahun
merupakan usia reproduktif sehat.
Dalam Keluarga
Berencana usia responden berhubungan dengan pola penggunaan kontrasepsi yang
rasional, sehingga akan berpengaruh terhadap sikap ibu dalam mempertimbangkan
untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD. Sesuai dengan usia reproduktif dimana
seseorang dapat menentukan pilihan untuk menggunakan kontrasepsi yang terbaik
pada usia tersebut.
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pendidikan
Di Poli Kebidanan RSUD
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
|
Menurut Pendidikan
|
Frekuensi
|
Persen (%)
|
1.
|
SD
|
15
|
48,4
|
2.
|
SMP
|
9
|
29,0
|
3.
|
SMA
|
5
|
16,1
|
4.
|
Perguruan Tinggi
|
2
|
6,5
|
Jumlah
|
31
|
100
|
Dari hasil penelitian
didapatkan sebagian besar responden (48,4%) memiliki tingkat pendidikan SD,
tamat SMP (29,0%), tamat SMA (16,1%) dan tamat Perguruan Tinggi (6,5%).
Pendidikan responden
sebagian besar lulusan SD (48,.4%), hal ini menunjukan latar belakang
pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi perilaku. Hal ini
diungkapkan oleh Soekidjo Notoatmojo (1993), yaitu bahwa pendidikan adalah
meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan sikap positif serta memberikan
keterampilan masyarakat tentang aspek yang bersangkutan. Didalam pelaksanaannya
mengenai pengetahuan dan sikap ibu tentang metode kontrasepsi banyak faktor
yang mempengaruhinya. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan yang rendah sangat
mempengaruhi ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi.
Karena perilaku yang
didasari dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langsung (long lasting). Sebaliknya perilaku yang tidak
didasari pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Sebagai contoh
: pada ibu peserta KB yang diperintahkan oleh petugas kesehatan tanpa ibu-ibu
tersebut tidak mengetahui makna dan tujuan KB, mereka akan segera keluar dari
peserta KB setelah beberapa saat penyuluhan KB tersebut diterima.
5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pekerjaan
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
|
Menurut Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Persen (%)
|
1.
|
Tidak bekerja
|
15
|
48,4
|
2.
|
Tani
|
7
|
22,6
|
3.
|
Buruh
|
3
|
9,7
|
4.
|
Swasta
|
4
|
12,9
|
|
PNS
|
2
|
6,4
|
Jumlah
|
31
|
100
|
Menurut data diatas,
penelitian didapatkan sebagian besar responden (48,4%) tidak bekerja dan
selanjutnya kerja sebagai tani (22,6%), sebagai buruh (9,7%), swasta (12,9%)
serta sebagai PNS (6,4%).
Sebagian besar
responden bekerja (51,6%) wanita bekerja cenderung kesuburannya akan
terkendali, bekerja dapat mengurangi keinginan wanita membina keluarga besar
karena beban seorang ibu yang juga bekerja sangat berat. Pekerjaan yang
mengharuskan wanita meninggalkan rumah mengurangi keinginan wanita mempunyai
anak. Anak yang banyak jelas akan menyulitkan ibu yang bekerja sehingga ibu
ingin, untuk mengunakan alat kontrasepsi IUD dengan tujuan dapat menjarangkan
kehamilan dalam jangka waktu lama 3 – 4 tahun.
5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Paritas
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
|
Paritas Responden
|
Frekuensi
|
Persen (%)
|
1.
|
0 – 1 orang
|
5
|
16,1
|
2.
|
2 – 3 orang
|
23
|
74,2
|
3.
|
> 3 orang
|
3
|
9,7
|
Jumlah
|
31
|
100
|
Dari hasil penelitian
didapatkan sebagian besar responden (74,2%) mempunyai anak 2 – 3 orang, paritas
0 – 1 orang (16,1%), dan paritas > 3 orang sebanyak (9,7%).
Sebagian besar responden
mempunyai jumlah anak 2-3 orang (74,2%) dalam hal ini sesuai dengan pola
penggunaan kontrasepsi yang rasional pada masa mengatur kehamilan jangka
panjang, karena paritas > 3 merupakan ancaman bagi kesehatan reproduktif dan
kesejahteraan ekonomi.
5.1.5 Tingkat Pengetahuan (Pengertian kontrasepsi IUD)
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Tingkat Pengetahuan
Ibu PUS Dalam Menggunakan Kontrasepsi
IUD
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
|
Tingkat Pengetahuan
|
Frekuensi
|
Persen (%)
|
1.
|
Tinggi
|
6
|
19,4
|
2.
|
Sedang
|
7
|
22,6
|
3.
|
Rendah
|
18
|
58
|
Jumlah
|
31
|
100
|
Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa sebanyak (19,4%) mempunyai pengetahuan tinggi, (22,6%)
mempunyai pengetahuan sedang dan (58%) mempunyai pengetahuan rendah.
Berdasarkan hasil
penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi
IUD sebagian besar mempunyai pengetahuan rendah (58%).
Bila merujuk
Pudjiwiatna (1986:12) pengetahuan atau tahu adalah raksi dari manusia dengan
rangsangan dari alam sekitarnya melalui pengetahuan dari objek sehingga
memungkinkan adanya pengetahuan yang baik dalam bidang tersebut. Begitupun
dengan metode kontrasepsi IUD semakin banyak informasi yang diterima oleh
ibu-ibu dan manfaatnya maka semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang
tentang metode alat kontrasepsi IUD.
5.1.6 Jarak, Lokasi dan Tempat Pelayanan Kesehatan
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jarak
Rumah
Dengan Tempat Pelayanan
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
|
Jarak Rumah
|
Frekuensi
|
Persen (%)
|
1.
|
< 3 km (dekat)
|
22
|
71
|
2.
|
> 3 km
(jauh)
|
9
|
29
|
Jumlah
|
31
|
100
|
Dari data diatas dari
hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden (29%) bahwa jarak antara
rumah dengan tempat pelayanan >3 km, yang menyatakan jarak >3 km (71%).
Dari hasil penelitian
sebagian besar responden terdapat (71%) jarak antara rumah dengan tempat
pelayanan tersebut dekat. Biasanya jarak tempuh antara rumah dengan tempat
pelayanan IUD sangat mempengaruhi respon ibu untuk mendatangi tempat pelayanan,
apabila jarak tempuhnya jauh tidak menutup kemungkinan sikap ibu enggan untuk
dipasang IUD.
5.1.7 Petugas Kesehatan
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Orang
Yang Dianggap
Dapat Memberikan Pelayanan IUD
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
|
Petugas Kesehatan
|
Frekuensi
|
Persen %
|
1.
|
Bidan
|
19
|
61,3
|
2.
|
Dokter Umum
|
5
|
16,1
|
3.
|
Dokter Spesialis Kandungan
|
7
|
22,6
|
Jumlah
|
31
|
100
|
Dari hasil penelitian
pernyataan sebagian besar responden (61,3%) bahwa orang yang dapat memberikan
pelayanan kontrasepsi IUD oleh Bidan, (22,6%) mengatakan responden oleh dokter
spesialis kandungan dan (16,1%) oleh dokter umum.
Dari hasil penelitian
sebagain besar responden (61,3%) bahwa yang dapat memberikan pelayanan
kontrasepsi IUD adalah bidan dan (100%) responden menyatakan petugas kesehatan
tersebut saat melayani akseptor IUD baik sekali, dimana petugas kesehatan
memberikan jadwal untuk kontrol penggunaan IUD, memberitahu mengenai penggunaan
IUD rata-rata (100%).
Dari faktor tersebut
mempunyai pengaruh besar terhadap kelangsungan serta motivasi ibu untuk
menggunakan kontrasepsi IUD. Karena informasi yang didapat dari petugas
kesehatan akan menambah wawsan ibu dan kesadaran sehingga ibu tetap menjadi
akseptor.
5.1.8 Sikap Petugas Kesehatan
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Sikap Petugas
Kesehatan
Dalam Memberikan Pelayanan Alat Kontrasepsi
IUD
Di Poli Kebidanan RSUD Subang
Periode 1 April 2005 s/d 1 Juni 2005
No
|
Sikap petugas Kesehatan Dalam memberikan Pelayanan Alat
Kontrasepsi
|
Frekuensi
|
Persen %
|
1.
|
Pelayanan petugas
a. Baik
b. Tidak baik
|
31
-
|
100
-
|
2.
|
Pemberian Jadwal IUD
a. Memberikan
b. Tidak memberikan
|
31
-
|
100
-
|
3.
|
Pemberitahuan
tentang efek samping IUD
a. Memberikan
b. Tidak memberikan
|
31
-
|
100
-
|
4.
|
Penanganan efek
samping IUD
a.
Memberikan
b.
Tidak
memberikan
|
31
-
|
100
-
|
Jumlah
|
31
|
100
|
Dari hasil penelitian,
pernyataan seluruh responden (100%) bahwa petugas memberikan pelayanan
kontrasepsi IUD, serta petugas kesehatan dalam pemberian jadwal IUD,
pemberitahuan tentang efek samping IUD
dan penanganan efek samping IUD menurut responden baik.
Dari hasil penelitian
seluruh responden mengatakan bahwa sikap petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan kontrasepsi IUD baik (100%) karena dengan sikap yang baik akan
memotivasi ibu untuk menggunakan kontrasepsi IUD, sehingga akan lebih banyak
yang akan menjadi akseptor IUD.
Langganan:
Postingan (Atom)